Saturday, May 18, 2013

Dari Hati Turun ke Jari

"Setiap orang diberikan waktu yang sama, 24 jam sehari. Jika orang lain bisa menyelesaikan pekerjaannya dan kamu tidak, salah siapa?"

"Ingin rasanya terbang bebas seperti mereka, tapi rasanya sayap ini terlalu lemah, bahkan untuk sekali mengepak pun berat rasanya."

"Saat aku berjalan lurus, kemudian aku melihat sekitar, dan sekitarku membelokkanku. Saat aku berjalan berbelok-belok, kemudian aku melihat sekitar, dan sekitarku meluruskanku."

"Saat aku ingin menelanjangi jiwaku, tapi jiwaku terlalu malu untuk ditertawai. Jiwaku sungguh pintar dan sopan, bahkan terlalu pintar dan sopan untuk tidak memperlihatkan auratnya."

"Minus di mataku bagaikan langit yang paling indah, langit ketujuh. Buramnya menghalauku untuk melihat langit-langit lain. Tapi kacamata ini tetap harus terpasang, untuk menyadarkanku, bahwa semuanya ini, nyata."

"Apapun yang membuatku bertanya, sampai akhirnya aku meracau, dan racauanku tertuang dalam tulisan. Tulisan memang diam, tetapi dia akan menyuarakan apa yang tidak pernah terucap, menjawab pertanyaan yang tidak pernah terjawab."

"Dan setiap aku menulis, di saat setiap kata meluncur bukan dari mulut, tetapi dari hati yang turun ke jari. Saat itu juga hatiku selalu mengingatkan dan diingatkan, bahwa semua arah yang tak tertuju, semua tanya yang tak terjawab, manis yang akhirnya getir, akan tetap abadi dalam Satu."

"Dan Satu itu adalah Dia. Dia yang menjawab tanpa harus diberi pertanyaan. Dia yang selalu dekat meskipun engkau menjauh."

No comments:

Post a Comment