Sebelumnya, aku ingin meminta maaf, karena mungkin
pembicaraan ini tanpa arah.
Tapi jangan buru-buru beranjak, karena ini bukan luapan
amarah.
Hari ini aku berbincang dengan santai, dengan melupakan
segala beban di hati dan pikiran.
Tertawa lepas, dengan melupakan bahwa sebenarnya sebuah
senyuman pun masih tertahan.
Sekali lagi aku berbicara tanpa arah, dan hati ini sangat
lega.
Mungkin di dalam tangisku yang dalam, meletup beberapa tawa.
Aku berjalan, dada ini sesak.
Sudah kubilang jangan berbalik, mengapa terus mendesak?
Disini, ada dua kutub magnet yang saling bertolakan.
Tapi apa yang seharusnya bertolak-tolakan, justru
bertarik-tarikan.
Tuhan, Yang Maha membolak-balikkan hati.
Kali ini aku sungguh memohon dengan bakti.
Tuhan, Yang Maha mengetahui, maaf jika pembicaraan ini
kurang khusyuk.
Maaf jika kali ini.. Oh bukan kali ini saja... Hambamu ini
merasa tertusuk.
Bukan memohon hati yang mengampuni, kumohonkan hati yang tenang.
Si hati tenang akan memenangkan segala kegelisahan dan
hal-hal yang terkenang.
Awalnya kubilang, ini tanpa arah. Mengapa akhirnya terarah?
Bodoh. Karena yang tak terarah sekalipun, akhirnya berarah.
No comments:
Post a Comment